Aku takbisa berhenti tersenyum.
Kenapa?
(tersenyum lagi) Aku tahu jawabannya, hanya saja terlalu malu untuk diungkapkan.
Sepertinya aku telah menemui pujaan hatiku.
Aku memikirkannya berhari-hari.
Matanya. Hidungnya. Bibirnya. SENYUMNYA.
Kamu tahu gelombang hallyu?
(sungguh aku tak peduli kamu tahu atau tidak)
Ya. Saat ini aku sedang tergulung ombak gelombang hallyu.
Aku mahir berenang, aku bisa melepaskan diri dari gelombang itu.
Namun aku tidak mau, aku menyukainya. Bukan. Aku menikmatinya.
Teman-temanku tidak mengaguminya.
Mereka bilang dia tidak spesial.
Namun mereka tidak tahu rahasianya. Mereka belum pernah melihat senyumnya.
Walau begitu, aku tidak akan memberitahu mereka. Karena aku egois akan hal ini.
Aku ingin senyum itu hanya menjadi milikku.
Hanya aku yang dapat menikmatinya.
Bukan sosok biasa, karena tak mungkin sosok biasa mampu menggetarkan sendi-sendi hatiku.
Terlalu spesial. Terkenal. Mendunia. Bintang.
Aku siapa? Namun aku tak peduli.
Semua berawal dari mimpi bukan?
Ya. Aku percaya mimpi.
Aku gadis pemimpi.
Di suatu senja, aku akan berdiri menatap langit.
Mungkin dia juga.
Jarak yang jauh bukan berarti kita tidak bisa menatap langit yang sama bukan?
Mungkin disana jingga sudah merona kelabu, namun langit tetap disitu, tak pernah berpindah.
Seperti biasa, aku akan tersenyum pada langit.
Kali ini aku akan memamerkan senyum termanisku. Termanis. Ya, termanis.
Kamu tahu kenapa?
Aku sedang merayu langit, agar dia membantuku memantulkan senyumku kepada seseorang yang memandang langit yang sama denganku itu.
Lalu ia dapat tersenyum juga.
Ada senyumku, ada senyumnya.
Sempurna.
Kenapa?
(tersenyum lagi) Aku tahu jawabannya, hanya saja terlalu malu untuk diungkapkan.
Sepertinya aku telah menemui pujaan hatiku.
Aku memikirkannya berhari-hari.
Matanya. Hidungnya. Bibirnya. SENYUMNYA.
Kamu tahu gelombang hallyu?
(sungguh aku tak peduli kamu tahu atau tidak)
Ya. Saat ini aku sedang tergulung ombak gelombang hallyu.
Aku mahir berenang, aku bisa melepaskan diri dari gelombang itu.
Namun aku tidak mau, aku menyukainya. Bukan. Aku menikmatinya.
Teman-temanku tidak mengaguminya.
Mereka bilang dia tidak spesial.
Namun mereka tidak tahu rahasianya. Mereka belum pernah melihat senyumnya.Walau begitu, aku tidak akan memberitahu mereka. Karena aku egois akan hal ini.
Aku ingin senyum itu hanya menjadi milikku.
Hanya aku yang dapat menikmatinya.
Bukan sosok biasa, karena tak mungkin sosok biasa mampu menggetarkan sendi-sendi hatiku.
Terlalu spesial. Terkenal. Mendunia. Bintang.
Aku siapa? Namun aku tak peduli.
Semua berawal dari mimpi bukan?
Ya. Aku percaya mimpi.
Aku gadis pemimpi.
Di suatu senja, aku akan berdiri menatap langit.
Mungkin dia juga.
Jarak yang jauh bukan berarti kita tidak bisa menatap langit yang sama bukan?
Mungkin disana jingga sudah merona kelabu, namun langit tetap disitu, tak pernah berpindah.
Seperti biasa, aku akan tersenyum pada langit.
Kali ini aku akan memamerkan senyum termanisku. Termanis. Ya, termanis.
Kamu tahu kenapa?
Aku sedang merayu langit, agar dia membantuku memantulkan senyumku kepada seseorang yang memandang langit yang sama denganku itu.
Lalu ia dapat tersenyum juga.
Ada senyumku, ada senyumnya.
Sempurna.
0 komentar:
Posting Komentar