2015/08/18

Dari Dinda

Dinda ingin membuat puisi tentang hujan,

kepada tanah dimana air menggenang memberi tanda kehadirannya,

kepada atap gubuk sederhana yang kepadanya didengarkan dendang sukacita,

kepada daun dan bunga yang menari menyambut rintik yang tak diduga,

kepada senyum tertahan dibalik kaca jendela yang buram kedinginan,

kepada matahari yang dipenjarakan awan,

kepada wanita berpayung hitam yang meredam hujan di kelopak matanya,

kepada pria berkacamata yang menghirup aroma kopi di depan kursi kosong yang ditinggal pemiliknya,

kepada sore yang menjadi saksi akan cepatnya sukacita berganti menjadi duka.

(18.08.2015-13.09_ Diluar hujan. Aku belum beranjak dari kasur, terlalu malas bahkan untuk meneguk segelas air putih. Aku mulai berfantasi....tentang secangkir teh hangat dan biskuit coklat. Ah, perpaduan aroma hujan yang menyentuh tanah menghipnotisku. Aku kembali berfantasi....tentang secangkir teh hangat dan biskuit coklat,  juga selimut tebal dan sepasang kaos kaki, serta puluhan judul film kartun. Ah, petrichor, bau yang begitu candu. Sudahlah semua fantasi ini, ada banyak revisi yang menunggu untuk kunikmati.)

 
 
Copyright © Cerita Senja, Langit, dan Senyuman
Blogger Theme by BloggerThemes Design by Diovo.com