2014/09/14

40 Keping Partikel

Akhirnya aku tertawa, pada lelucon tersedih yang pernah ada.
Kau pasti bercanda!
Mencampakkanku akan jadi dosa terbesar sejagad raya, versi otak seorang wanita.

Mungkin kita berbeda, sesuai takdir semesta. Siapa yang menciptakan kotak ini sejak mula?
Tidak lagi mencari cela, tidak pula mengukur dalamnya makna pada warna hazel bola mata.

Sejak kapan anda menjadi begitu perasa? Tidak pernah percaya pada gemini bermuka dua.
Mencari-cari bintang ke-enam pada cassiopeia, ada? Tidak, karena rasinya hanya akan ada lima.

Dimana akan ada cahaya abadi di dunia? Bersujudlah pada senja, lelahmu hanya akan percuma, mentari memang harus menghilang setelahnya.
Sejak suatu ketika terjadi ketetapan kata, redup sudah sinar ribuan kunang-kunang di taman hati yang kucipta.

Berakhir bagiku, berarti selamanya.
Mungkin ini karma. Tak apa, setidaknya bagiku pernah tersita segalanya.

Selamat datang selamat tinggal...



(Beberapa karya membuatku sulit bernafas dan berkata-kata, beberapa membuatku tak bisa tidur dan menerka-nerka, saat beberapa membuatku berkepribadian ganda.
Diva. Bodhi. Elektra. Zahra. I love them. SO. MUCH. Dewi Lestari akan selalu menjadi salah seorang yang mampu menciptakan mozaik aneh dalam fantasiku. Aku sedih, bahagia, jatuh cinta, dalam satu kedipan mata. Kali ini aku banyak bicara, ini pribadiku yang mana?

Keping 40 - Aku membenci Storm, sekaligus mengutuknya. Terlalu terbuai dengan rasa bahagia, tidak ada yang abadi, aku baru menyadarinya. Rasanya ingin kembali pada kesederhanaan kasih dalam terjemahan Empret pada Etra)

(25.07.2014-20.23_Love everyone, be attached to no one. Give the one you love wings to fly, roots to come back and reason to stay - Dalai Lama)
 
 
Copyright © Cerita Senja, Langit, dan Senyuman
Blogger Theme by BloggerThemes Design by Diovo.com