Aku: "Apa yang sedang kau lihat? Begitu menarik kah?
|Kamu: "Huh? Aku tidak sedang melihat apapun."
Aku: "Bohong. Aku melihatmu daritadi"
|Kamu: "Aku tak berbohong. Aku tidak sedang melihat apapun, tetapi aku sedang memandang sesuatu. Itu tidak menarik, namun mengagumkan."
Aku: "hah? Benarkah? Apa itu?"
|Kamu: "Senyuman bulan. Lihatlah, bulan sedang tersenyum padaku. Bukan, pada kita!"
Aku: "Huh?"
|Kamu: "Lihatlah, bertatap muka lah dengannya. Lihat senyumnya, sungguh cantik bukan?"
Aku menengadah menatap langit kelabu. Ada sesuatu yang terang seolah berkuasa di atas sana, dia lebih besar dari cahaya-cahaya lain di sekitarnya. Sangat cerah, cahayanya seperti senyuman hangat yang menenangkan hati. Bulan tersenyum. Lama ku pandangi, sepertinya aku terlarut dalam senyuman sang bulan. Cantik. Aku tak bisa menahan bibirku untuk ikut menampilkan lengkungan.
Aku: "Hah~ Bagaimana bisa? Ajaib.. Cantik."
|Kamu: "Tentu saja, hanya bulan yang memiliki senyum secantik itu. Namun itu dulu, sepertinya bulan telah menemui saingan terberatnya. Menurutku bulan akan kalah."
Aku: "Hah? Benarkah? Bagaimana bisa ada yang lebih cantik dari senyuman bulan? Sungguh beruntung pemilik senyum itu."
Aku masih belum bisa mengalihkan pandanganku dari sang bulan, aku masih tetap tersenyum pada bulan.
|Kamu: "Aku juga berpikir begitu, hingga aku menemukan senyum cantik yang lain.Senyum ini.. Tidak sekedar cantik, senyum ini juga manis dan lembut, kau akan merasa ikut bahagia jika melihatnya. Kau tahu, saat ini aku merasa bahagia"
Aku: "Sungguh? Siapa dia? Pasti sangat istimewa. Aku juga ingin melihat senyum yang kau maksud."
|Kamu: "Kau sungguh ingin melihatnya? Karena aku sedang melihat senyum itu sekarang."
Aku berpaling menatap kamu,"Tentu saja"
|Kamu: "Maka lihatlah.."
Lalu kamu memberiku sebuah cermin.
Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone
|Kamu: "Huh? Aku tidak sedang melihat apapun."
Aku: "Bohong. Aku melihatmu daritadi"
|Kamu: "Aku tak berbohong. Aku tidak sedang melihat apapun, tetapi aku sedang memandang sesuatu. Itu tidak menarik, namun mengagumkan."
Aku: "hah? Benarkah? Apa itu?"
|Kamu: "Senyuman bulan. Lihatlah, bulan sedang tersenyum padaku. Bukan, pada kita!"
Aku: "Huh?"
|Kamu: "Lihatlah, bertatap muka lah dengannya. Lihat senyumnya, sungguh cantik bukan?"
Aku menengadah menatap langit kelabu. Ada sesuatu yang terang seolah berkuasa di atas sana, dia lebih besar dari cahaya-cahaya lain di sekitarnya. Sangat cerah, cahayanya seperti senyuman hangat yang menenangkan hati. Bulan tersenyum. Lama ku pandangi, sepertinya aku terlarut dalam senyuman sang bulan. Cantik. Aku tak bisa menahan bibirku untuk ikut menampilkan lengkungan.
Aku: "Hah~ Bagaimana bisa? Ajaib.. Cantik."
|Kamu: "Tentu saja, hanya bulan yang memiliki senyum secantik itu. Namun itu dulu, sepertinya bulan telah menemui saingan terberatnya. Menurutku bulan akan kalah."
Aku: "Hah? Benarkah? Bagaimana bisa ada yang lebih cantik dari senyuman bulan? Sungguh beruntung pemilik senyum itu."
Aku masih belum bisa mengalihkan pandanganku dari sang bulan, aku masih tetap tersenyum pada bulan.
|Kamu: "Aku juga berpikir begitu, hingga aku menemukan senyum cantik yang lain.Senyum ini.. Tidak sekedar cantik, senyum ini juga manis dan lembut, kau akan merasa ikut bahagia jika melihatnya. Kau tahu, saat ini aku merasa bahagia"
Aku: "Sungguh? Siapa dia? Pasti sangat istimewa. Aku juga ingin melihat senyum yang kau maksud."
|Kamu: "Kau sungguh ingin melihatnya? Karena aku sedang melihat senyum itu sekarang."
Aku berpaling menatap kamu,"Tentu saja"
|Kamu: "Maka lihatlah.."
Lalu kamu memberiku sebuah cermin.
Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone
0 komentar:
Posting Komentar